Selasa, 10 Maret 2009

Business Process Frontliner

Business Process Frontliner pada Bank “XXX”
(Pembukaan Rekening Tabungan, Setoran Tunai, Penarikan Tunai)


Penjelasan dari bagan di atas adalah :
  1. Proses pembukaan tabungan dimulai oleh nasabah dengan mengisi form pembukaan dan form specimen.
  2. CSO atau CSR melakukan pengecekan persyaratan seperti KTP, Passport, SIM, dan lain-lain. Nasabah juga diwajibkan melakukan setoran awal minimum sebesar Rp.50.000,-.
  3. Setelah semuanya diverifikasi, data diproses dan dimasukan ke dalam data base.
  4. Fisik dari data base tersebut adalah tabungan dan ATM
  5. Nasabah melakukan setoran awal yang diproses di bagian Teller
  6. Teller mengecek kelengkapan pengisian form dan menghitung uang.
  7. Pemrosesan
  8. Nasabah diberikan PIN ATM yang akan aktif paling lambat 24 jam setelah pembukaan tabungan.
Bagian kedua dari bagan menjelaskan proses bila nasabah melakukan setoran atau penarikan, pertama nasabah akan mengisi form. Selanjutnya dicek kelengkapannya, diverifikasi, lalu disetujui oleh CSO/CSR, kemudian penghitungan uang oleh Teller, dan kembali kepada nasabah.


Fika Inaviany. MM Widyatama.

Kamis, 05 Maret 2009

TUGAS II Fika Inaviany 1.416.003 MM-Widyatama

BUSINESS PROCESS REENGINEERING

I. Pendahuluan

Paradigma bisnis yang baru mendorong para peneliti lebih melihat organisasi dari sudut proses dibandingkan fungsional. Pada awal 1990, dikenal pendekatan baru dalam mendisain organisasi konsekuensinya ada perubahan dalam mendesign proses bisnis dan hal ini menjadikan perhatian yang cukup besar dari kalangan akademisi dan praktisi.

Basis persaingan berubah dari cost dan quality menjadi flexibility dan responsiveness. Peranan manajemen proses dalam menciptakan keuntungan dan berdaya saing adalah tujuan dalam suatu proses reengineering bisnis, dan pertama diperkenalkan oleh Hammer (1990), Davenport & Short (1990). Mereka mengemukakan pendekatan baru pada manajemen proses, yang membuat perbaikan radikal pada performansi bisnis. Tiga pendorong dibalik perubahan radikal ini adalah lanjutan dari kerja Porter pada "competitive advantage" (Porter, 1980, 1985, 1990), dan dilanjutkan oleh Hammer dan Champy (1993).

Kebutuhan suatu organisasi melakukan perubahan untuk menyesuaikan dengan lingkungannya semakin meningkat dan sulitnya usaha untuk mencapai keinginan tersebut.

Perubahan peranan teknologi informasi didalam organisasi merupakan sebuah transisi dari sebuah era industrialisasi ke era informasi dan jasa. Perubahan permintaan akan produk dan jasa berubah pada era ini jelas memberikan pengaruh bagaimana cara mengorganisasikan perusahaan dan bagaimana cara untuk menjadikan organisasi kompetitif ( Martin 1981).


II. Arti dan Tujuan Business Process Reengineering

Rekayasa ulang proses bisnis adalah proses berpikir kembali (rethinking) dan proses perancangan kembali (redesign) secara mendasar (fundamental) untuk memperoleh perbaikan yang memuaskan atas kinerja perusahaan yang mencakup cost, quality, delivery, service, and speed dengan pengukuran yang teliti atau kontemporer.

Menurut Manganelli dan Klein (1994 : 7):
Reengineering is the rapid and radical redesign of strategik, value-added business process and the systems, policies and organizational structures that support them – to optimize the work flows and productivity in an organizatin.

Definisi rekayasa ulang ini memuat empat kata kunci, yaitu:
1. Process, yaitu serangkaian aktivitas yang mengubah masukan menjadi keluaran. Terdapat tiga aktivitas dalam proses yaitu: (a) Value-adding activities -> aktivitas untuk menghasilkan nilai tambah, (b) Hand-off activities -> Aktivitas yang memindahkan aliran kerja dengan melewati hambatan-hambatan fungsional, departemental atau organisasional dan (c) Control activities -> aktivitas yang tercipta untuk mengendalikan Hand-off activities.
2. Strategik and value added. Target utama rekayasa ulang proses bisnis adalah stratgei dan nilai tambah. Untuk memaksimalkan tingkat pengembalian investasi dalam rekayasa ulang, perusahaan mulai memfokuskan pada proses yang terpenting dalam perusahaan, yaitu tidak hanya strategi dan nilai tambah tetapi keseluruhan system, kebijakan dan struktur organisasi yang mendukung proses.
3. Optimization of work flow and productivity in organization, yaitu meningkatkan produktivitas, pangsa pasar, pendapatan, tingkat pengembalian investasi dan asset. Rekayasa ulang proses bisnis dapat diukur dari pengurangan biaya per unit.
4. Rapid, radical and redesign. Rekayasa ulang harus dilaksanakan secara cepat dan radikal serta merancang kembali proses bisnis untuk menghilangkan aktivitas yang tidak perlu.

Rekayasa ulang proses bisnis mencoba untuk memisahkan proses lama dengan proses baru tentang bagaimana mengorganisasikan dan memperlakukan bisnis. Hal ini mencakup penggantian metode lama dan mencari metode baru untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Rekayasa ulang proses bisnis memaksa orang untuk berkonsentrasi pada proses tertentu yang sudah mapan, dan tidak mampu menghasilkan strategi yang lebih luas lagi, sehingga harus diganti dengan transformasi. Transformasi meliputi 4R (Nasution, 2004: 217) yaitu reframing (pembingkaian kembali), restructuring (restrukturisasi), revitalizing (revitalisi) dan renewing (pembaharuan kembali). Terdapat duabelas kromosom (konsep) transformasi 4R tersebut pada organisasi yaitu : (1) Komponen Mobilisasi (2). Visi (3). Sistem pengukuran target (reframing) (4). Model ekonomi usaha (5). Penataan infrastruktur (6). Perbaikan cara kerja (restructuring) (7). Fokus pemasaran (8). Perluasan usaha (9). Teknologi informasi (revitalizing) (10). Sistem imbal jasa (11). Kebiasaan belajar individu dan (12). Pengembangan organisasi (renewing). Pada organisasi jasa terdapat tiga dimensi yang harus diperbaiki yaitu dimensi tenaga kerja, proses kerja dan teknologi (human dimension, work process dimension and technology dimension). Reengineering membantu perusahaan untuk mengatasi halangan/hambatan kerja secara sistematis yang terjadi pada saat pihak manajemen berusaha untuk memberikan kepuasan tertinggi pada pelanggan. Rekayasa ulang proses bisnis mencakup perancangan kembali proses bisnis untuk memperoleh keuntungan dari potensi besar yang dimiliki perusahaan seperti komputer dan teknologi informasi.

Tujuan rekayasa ulang proses bisnis adalah perbaikan proses untuk meningktkan kepuasan total baik bagi pelanggan internal maupun pelanggan eksternal. Tujuan rekayasa ulang proses bisnis menurut Andrews dan Stalick (1994 : 8) adalah sebagai berikut (1). Meningktkan kemampuan organisasi dalam menghasilkan barang atau jasa yang khusus serta mempertahankan produksi masal (2). Meningktkan kepuasan atas barang atau jasa sehingga pelanggan akan memilih barang atau jasa perusahaan daripada perusahaan pesaing (3). Membuat lebih mudah dan menyenangkan bagi pelanggan untuk melakukan bisnis dengan perusahaan (4). Memutuskan batasan organisasional, membawa pelanggan kepada saluran informasi melalui komunikasi, jaringan dan teknologi komputer (5). Mempercepat waktu respon kepada pelanggan, mengeleminasi kesalahan dan ketidak puasan, serta mengurangi pengembangan barang atau jasa dalam waktu siklus pabrik (6). Memproses permintaan pelanggan yang lebih dan peningkatan volume dari setiap pelanggan serta menetapkan harga “value-driven” untuk pelanggan tanpa mengurangi profitabilitas (7). Memperbaiki kualitas kerja dan kemampuan individu dalam memberikan kontribusi pada perusahaan dan (8). Memperbaiki pembagian dan kegunaan pengetahuan organisasi sehingga organisasi tidak tergantung pada keahlian beberapa orang saja.


III. Prinsip dan Tahapan Business Process Reengineering

Dengan memperhatikan karakteristik rekayasa ulang proses bisnis tersebut diatas, maka dalam melakukan rekayasa ulang proses bisnis harus berlandaskan pad abeberapa prinsip rekayasa ulang proses bisnis, yang terdiri atas: (1), Mengorganisasikan hasil dari seluruh langkah dalam proses, bukan satu langkah saja; (2). Orang yang mengusulkan disain proses baru tersebut harus bisa melakukannya dengan tepat; (3). Pekerjaan dalam memproses inromasi diusahakan menjadi kerja nyata yang menghasilkan informasi akurat yang dibutuhkan; (4). Sumber-sumber produksi yang letaknya menyebar harus dibuat agar seolah-olah disentralisasikan; (5). Lebih menghubungkan aktivitas parallel daripada mengintegrasikan hasilnya; (6). Meletakkan titik keputusan di mana pekerjaan tersebut dilakukan, dan menentukan kontrol atas proses tersebut dan (7). Menerima informasi satu kali saja daripada menerima informasi berulang kali.

Tahapan dasar dalam rekayasa ulang proses bisnis terdiri dari 3R, yaitu:
1. Rethink, Memikirkan kembali tujuan yang akan dicapai saat sekarang dengan asumsi yang diperlukan untuk menentukan apakah tujuan tersebut masih bisa digunakan pada komitmen yang baru untuk memenuhi kepuasan pelanggan di waktu yang akan datang.
2. Redesign, Mencakup analisis tentang cara organisasi dalam pemproduksi barang atay jasa, bagaimana struktur kerjanya, siapa yang menyelesaikan suatu tugas tertentu dan apa hasil yang dicapai dari masing-masing prosedur tersebut.
3. Retool, Mencakup evaluasi tentang keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari teknologi mutakhir yang digunakan khususnya pada electronic word and data processing system untuk menentukan kemungkinan merubah teknologi tersebut agar kualitas meningkat.

Apabila perusahaan telah menentukan bahwa suatu proses tidak efektif dan efisien maka perusahaan harus merancang kembali proses baru dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) menentukan tujuan bisnis dan proses; (b) menentukan proses mana yang akan diubah/diperbaiki; (c) memahami dan mengukur proses yang lama tersebut; (d) menentukan tingkat informasi teknologi yang dibutuhkan dan; (e) merancang dan membuat suatu model mengenai proses yang baru.

Menurut Manganelli dan Klein (1994 : 30) metodologi rekayasa ulang proses bisnis meliputi lima tahap, yaitu :

  1. Persiapan. Tahap ini dimulai dengan pengembangan dari persetujuan bersama yang telah disepakati oleh eksekutif pada terobosan tujuan dan sasaran, yang mewakili maksud untuk keberadaan organisasi serta proyek rekayasa ulang. Persiapan membentuk hubungan yang utama antara tujuan bisnis dan kinerja proses rekayasa ulang, dan mendefinisikan parameter proyek yang menyangkut jadwal, biaya, resiko dan perubahan organisasional. Pada tahap ini, teknik manajemen mengidentifikasikan : penetapan tujuan, fasilitasi, kelompok membangun, motivasi, manajemen perubahan, taksiran sendiri, taksiran lingkungan dan manajemen proyek.
  2. Identifikasi. Tahap ini mengembangkan model bisnis yang berorientasi pelanggan, mengidentifikasi proses strategi nilai tambah, dan peta organisasi, sumber daya dan volume untuk proses yang spesifik dan prioritas, serta merekomendasikan proses spesifik sebagai akibat target rekayasa ulang yang tertinggi. Teknik manajemen yang digunakan adalah model pelanggan, pengukuran kinerja dan analisis waktu siklus, proses model, integrasi pemasok dan program kerja sama, ananlisis alur kerja, peta organisasional, analisis biaya berdasarkan kegiatan, manajemen perubahan dan fasilitasi.
  3. Visi. Melihat peluang terobosan bisnis, analisis dan struktur sebagai visi dari perubahan radikal. Teknik manajemen yang digunakan adalah: ananlisis alur kerja, analisis proses nilai, benchmarking, manajemen perubahan, manajemen proyek dan fasilitasi.
  4. Pemecahan. Tahap ini dibagi dua, yaitu : (a) Rancangan Teknis: Tujuan tahap ini adalah untuk menetapkan dimensi teknis dari proses yang baru. Spesifikasi ini akan menghasilkan deskripsi tentang teknologi, standar prosedur, system dan kontrol bagi karyawan, perancangan interaksi elemen social dan teknik, persiapan perencanaan untuk pengembangan, perolehan, fasilitas, pengujian, konversi dan penyebaran. Teknik manajemen yang digunakan adalah analisis alur kerja, informasi teknik mesin, pengukuran kerja, strategik otomatisasi, manajemen perubahan, manajemen proyek dan fasilitasi; (b) Rancangan Sosial: Tujuannya untuk menetapkan dimensi social proses bisnis yang baru. Tahap ini menghasilkan gambaran tentang organisasi, staf, pekerjaan, jalur karir, insentif bagi karyawan, perancangan interaksi elemen teknik dan social, dan perencanaan awal untuk perekrutan, pendidikan dan pelatihan, organisasi ulang dan penyebaran ulang. Teknik manajemen yang digunakan adalah kekuasaan karyawan, acuan keahlian, kelompok membangun, mengatur ulang organisasional, danpeta organisasional, pekerjaan produksi, broadbanding, manajemen perubahan, manajemen proyek, fasilitasi, penghargaan karyawan dan insentif.
  5. 5. Transformasi. Tahap ini bertujuan untuk mewujudkan visi proses rekayasa ulang. Tahap ini adalah tahap akhir untuk melakukan implementasi pada perencanaan proses. Teknik manajemen yang digunakan adalah proses model, informasi teknik mesin, acuan keahlian, kelompok membangun, perbaikan terus-menerus, pengukuran kinerja, manajemen perubahan, manajemen proyek dan fasilitasi.

Berikut adalah rangkuman dari dua puluh tujuh teknik manajemen yang digunakan dalam setiap tahap dari rekayasa ulang proses bisnis, seperti dikemukakan dalam Tabel 1.

Utilization of Management Techniques in Rapid Process Engineering


IV. Bila Melakukan BPR dan Keberhasilan BPR

1. Bila Perusahaan Melakukan BPR

Menurut Peppard dan Rowland (1995:40), saat yang tepat untuk memutuskan kapan melakukan BPR untuk organisasi, tergantung pada sejumlah factor dan menggunakan framework yang dikembangkan oleh Nolan Norton and Company, seperti dikemukakan dalam Gambar 1. berikut :

Gambar 1. : BPR Business Need/Readliness Analysis Framework

Keterangan
Kuadran I : Bertahan Hidup (survived)
Mengindikasikan kritik untuk memperbaiki kinerja bisnis secepatnya.

Kuadran II : Meluncurkan (Launch)
Mengindikasikan kritik untuk memperbaiki kinerja. Perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari menginvestasikan untuk pengembangan kemampuan BPR dan mengadakan usaha secepatnya.
Kuadran III : Mempertimbangkan Kembali (Reconsider)
Mengindikasikan bahwa perusahaan sehat dan membutuhkan sedikit perbaikan yang dramatis di masa yang akan datang. Sebagian perusahaan sebaiknya mempertimbangkan kembali mengadakan BPR dan berfokus pada perbaikan yang kontinu.
Kuadran IV : Keuntungan (Advantage)
Mengindikasikan bahwa meskipun tidak terdapat desakan untuk perbaikan yang dramatis, namun merupakan suatu keuntungan strategic untuk mengambil inisiatif untuk melaksanakan BPR.


Dari setiap kuadran tersebut di atas, ternyata bahwa BPR tetap diperlukan dalam setiap kuadran terutama pada skuadran Survival dan Launch.


2. Faktor kunci keberhasilan dalam BPR

Hammer dan Champy (1995 : 198) mengatakan bahwa kunci keberhasilan dalam melakukan rekayasa ulang terletak pada pengetahuan dan kemampuan melaksanakannya, bukan keberuntungan. Bila mengetahui aturan-aturannya dan menghindari berbuat kesalahan, maka kemungkinan besar akan berhasil. Langkah pertama menuju keberhasilan rekayasa ulang adalah mengenali kegagalan umum dan belajar mencegahnya. Untuk mencapai keberhasilan dalam BPR, terdapat beberapa faktor kunci yaitu : vision, skills, incentives, resources dan action plan.

a. Vision. Visi adalah gambar tentang apa yang dikehendaki yang menyangkut : orang, produk, pelayanan, proses, fasilitas, kultur dan pelanggan. Setiap orang dalam organisasi harus mamapu mengerti, memahami, menjiwai dan menggambarkan visi tersebut sehingga semua tindakan dan keputusan selalu membawa perusahaan makin dekat pada visi yang telah ditentukan. Kegiatan-kegiatan yang menyangkut visi antara lain : (1) Menentukan strategi yang tepat (2) Menjelaskan alasan mengapa dilakukan BPR (3) Mengembangkan suatu cita-cita masa depan yang dipahami semua orang. (4) Menentukan target yang harus dicapai (5) Menjelaskan hubungan antara usaha BPR dengan usaha yang sudah dilakukan dan (6) Membuat peta perubahan-perubahan sampai pada tahap akhir.

b. Skills. Ketrampilan baik ketrampilan interpersonal maupun ketrampilan teknik diperlukan agar karyawan mampu melaksanakan tugas-tugas dalam proses baru. Aktivitas yang dilakukan dalam peningkatan ketrampilan antara lain : (1) Mendidik pimpinan puncak mengenai konsep dan implikasi BPR. (2) Menginventarisasi tipe kepemimpinan yang dibutuhkan untuk melakukan proses baru. (3) Berfikir luas masa depan (4) Mengubah desain dan mengembangkan hal-hal dari luar ke dalam perusahaan (5) Memperoleh dukungan sarikat pekerja dan (6) Mengelola perbedaan atau konflik secara baik dan konstruktif.
c. Incentives. Apabila karyawan dapat memahami dan merasakan perubahan secara drastis membawa perbaikan bagi karyawan, maka mereka dapat melakukan perubahan secara lebih baik. Beberapa hal yang menyangkut insentif anatara lain : (1) Perubahan harus dipimpin, disosialisasi dan dibuat target tertentu oleh pimpinan perusahaan (2) Tim manajemen bertanggung jawab atas keberhasilannya (3) Hilangkan rasa ketakutan (4) Memberi penghargaan dan pengakuan atas keberhasilan dan prestasi karyawan dan (5) Perubahan sikap dan budaya dengan sistem dan suri tauladan dari pimpinan perusahaan.
d. Resources. Beberapa hal dan aktivitas dalam pengalokasian sumber daya antara lain (1) Komitmen manajemen puncak untuk melaksanakan perubahan (2) Paling sedikit 25% dari waktu manajemen puncak melaksanakan perubahan (3) Mengadakan pelatihan dan bimbingan dalam melaksanakan perubahan (4) Melakukan benchmarking dan (5) Memanfaatkan sumber daya seefektif dan efisien mungkin.
e. Action plan. Action plan adalah perencanaan dari serangkaian aktivitas, penanggung jawab dan jadwal waktu serta target yang terinci.
Kesimpulan

  1. Rekayasa ulang proses bisnis merupakan salah satu pendekatan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif di tengah persaingan yang makin ketat.
  2. Tujuan rekayasa ulang proses bisnis adalah perbaikan proses atau prosedur pelayanan untuk meningkatkan kepuasan total penumpang dengan menyederhanakan proses dan menyenangkan penumpang.
  3. Tahapan dasar rekayasa ulang proses bisnis adalah rethink, redesign dan retool yang meliputi tahapan persiapan, identifikasi, visi, pemecahan dan transformasi dengan menggunakan dua puluh tujuh teknik manajemen.
  4. Untuk mencapai keberhasilan dalam rekayasa ulang proses bisnis ada lima faktor kunci yaitu : vision, skills, incentives, resources dan action plan.



Selasa, 03 Maret 2009

TUGAS I Fika Inaviany 1.416.003 MM-Widyatama


VENDOR ERP DAN OPEN SOURCE ERP


I. Pendahuluan
Makin pesatnya perkembangan teknologi informasi dewasa ini, membuat banyak organisasi dan perusahaan berusaha menggunakan teknologi informasi terbaru untuk mendukung kelancaran bisnis. Teknologi informasi sudah menjadi sebuah penentu bagi tercapainya sasaran atau strategi bisnis perusahaan. Salah satu solusi untuk mengelola sumber daya perusahaan adalah ERP (Enterprise Resources Planning).

Sekarang ini terdapat ratusan jenis software ERP denganberbagai fitur versi, skala dan kemampuan. Beberapa vendor penyedia software tersebut ada yang membuat system ERP untuk berbagai macam jenis industri tapi ada juga yang spesifik hanya industri tertentu. Dalam perkembangannya, beberapa vendor ERP melakukan penggabungan untuk meningkatkan kualitas produk mereka, misalnya Oracle (yang semula hanya berupa perusahaan penyedia database) kemudian bergabung bersama PeopleSoft dan J.D Edwards untuk membentuk produk ERP yang spesifik.

Dari berbagai jenis software yang ada dipasaran, terdapat beberapa vendor yang mendominasi pasar penyedia software ERP di dunia Internasional misalnya: SAP, Oracle,IFS, MGT/PRO dan masih banyak lagi. Kali ini kita akan membahas mengenai software terkemuka yang ditawarkan sebagai alternative open source.

Setiap software menawarkan kelebihan – kelebihan tertentu dan biasanya ada beberapa perbedaan spesifik antara fitur – fitur yang ada di masing – masing software. Oleh karena itu, untuk menemukan software mana yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhan organisasi, ada beberapa faktor dan point evaluasi yang perlu diperhatikan, sbb:


1. Production Mode:
  • Product by project
  • Repetitive assembly
  • Alternating Production
  • Mixed Machinery
  • Process
  • Streamline Production

2. Applied Industry:
  • Elektronik
  • Peralatan mesin
  • Semi konduktor
  • BBM dan kimia
  • Otomotif
  • Makanan
  • Medik/ biokimia

3. Strategi Produk:
  • Make to stock
  • Make to order
  • Assembly to order/ built to order

4. Fungsi atau modul:
  • Customer order
  • CRM
  • Produk dan sales planning
  • Forecast
  • Production capacity and demand planning
  • Purchase
  • Cost accounting
  • Master schedule
  • Manufacturer implementation system
  • MRP/MRP II
  • Distribution vs demand planning
  • Human resources management
  • Warehouse management
  • Production and sales planning

5. Production Schedule:
  • Support advanced planning schedule
  • Limited production capacity schedule

6. Purchase:
  • Contract purchase
  • Supplier’s schedule
  • Supplier performance
  • Comprehensive purchase
  • EDI
  • Quote Inquiry
  • Electronic payment

7. Accounting:
  • Order/ invoice
  • General ledger
  • Account receivable
  • Fixed asset
  • Account Payable
  • Multinational trade/ exchange
  • Consolidation

8. Bill of material Management (BOM):
  • Bill of material for project/ manufacturing
  • Modulated bill of material
  • Project design adjustment
  • On-line consumer producer components
  • Shared material component
  • Product component

9. Management report:
  • Timely reports
  • Dolar value of production volume
  • Various financial analysis report
  • Response to problem/ issues

Selain software-software ERP dalam bentuk paket terintegrasi maupun modular yang ditawarkan oleh berbagai vendor, pilihan lain yang bisa digunakan adalah Open source ERP. Aplikasi open source ini bersifat nonkomersial, artinya dapat digunakan langsung tanpa ada biaya lisensi atau tanpa pembelian. Sifat aplikasi ini sama seperti aplikasi open source lainnya, yaitu disediakan dalam bentuk aplikasi yang belum dikonfigurasi, mendukung kostumisasi, dan disediakan langsung beserta sumber kodenya.

II. PEMBAHASAN

A. Keuntungan-keuntungan dengan menggunakan ERP antara lain :

· Menghilangkan input data duplikasi

· Menaikkan ROI pada implementasi IT

· Menyediakan informasi yang berkualitas untuk pengambilan keputusan perusahaan

· Cepat dan efisien

· Memberi kepuasan kepada partner dan pelanggan

· Mengurangi akan kebutuhan manpower

Perusahaan-perusahaan Indonesia yang sudah menggunakan SAP (Runs SAP) sebagai solusi bisnisnya antara lain : Smart, Asia Pulp and Paper, Astra International, Excelcomindo, Indofood, Pertamina, Bentoel Prima, dan masih banyak perusahaan-perusahaan lainnya untuk disebutkan satu-persatu.

B. Vendor – vendor ERP:

1. SAP

"SAP" adalah suatu nama yang sudah tidak asing lagi untuk praktisi-praktisi IT dunia, maupun di Indonesia. "SAP" ini adalah singkatan dari "System Analysis and Program Development (in German : Systemanalyse und Proggrammentwicklung)" yang ditemukan oleh Wellenreuther, Hopp, Hector, Plattner, dan Tschira pada tahun 1972. Yang kemudian berganti menjadi "Systems Application and Products in Data Processing" pada tahun 1977. "SAP"yang dikenal pada saat ini adalah sistem R/3-nya yang sudah teruji oleh perusahaan-perusahaan dunia dalam menjalankan bisnisnya, yang lebih dikenal dengan SAP R/3. Sebelum sampai ke generasi R/3, SAP sudah melewati tahap R/1 dan R/2. Selain sistem R/3 yang terkenal banyak juga solusi-solusi bisnis lainnya antara lain SAP BI (Business Intelligence) yang digunakan untuk Data Warehousing, SEM (Strategic Enterprise Management), SCM (Supply Chain Management), CRM dan masih banyak solusi-solusi bisnis lain yang ditawarkan oleh SAP untuk berbagai jenis bidang usaha di dunia.

SAP adalah merupakan salah satu software ERP (Enterprise Structure) terkemuka dunia yang sekarang ini sedang banyak diimplementasikan oleh perusahaan-perusahaan di Asia. Di Indonesia sendiri, sudah banyak perusahaan-perusahaan besar dan menengah yang sudah berhasil mengimplementasikan SAP untuk mendukung proses bisnisnya. Memang harga untuk mendapatkan suatu ERP dunia juga harus dibayar mahal baik dari segi licensenya, konsultan IT, dan juga SDM yang masih langka.

Modul-Modul di SAP

SAP dalam masing-masing sistem juga terdiri dari banyak modul. Contohnya adalah SAP R/3 yang populer dan sudah digunakan hampir sebagian besar perusahaan-perusahaan kelas dunia untuk mendukung kegiatan bisnis prosesnya sehari-hari.

Modul-modul yang disediakan dalam SAP R/3 antara lain :

· Financials
  • Financial Accounting (FI)
  • Controlling (CO)
  • Fixed Assets Management (AM)
  • Investment Management (IM)
  • Project System (PS)
  • Enterprise Controlling (EC)
  • Real Estate Management
· Logistics
  • Sales and Distribution (SD)
  • Materials Management (MM)
  • Quality Management (QM)
  • Plant Maintenance (PM)
  • Customer Service (CS)
  • Production Planning and Control (PP)
  • SAP Retail
· Human Resources
  • Personnel Management (PA)
  • Personnel Time Management (PT)
  • Payroll (PY)
  • Training and Event Management (PE)

Modul-modul dari SAP yang lengkap dan menyeluruh ini dapat mendukung bisnis proses pada perusahaan umumnya (manufacturing, retail, oil and gas, electricity, health care, pharmaceutical, banking, insurance, telecommunications, transport, automotive, chemical, dan masih banyak lagi).

Modul-modul tersebut tidak harus diimplementasikan semua, melainkan sesuai dengan kebutuhan bisnis proses dari perusahaan tersebut. Selain itu, modul dan setting yang diimplementasikan juga berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan bisnis proses antar perusahaan meskipun bergerak di bidang usaha yang sejenis.

2. Oracle

Oracle adalah basis data relasional yang terdiri dari kumpulan data dalam suatu sistem manajemen basis data RDBMS. Perusahaan perangkat lunak Oracle memasarkan jenis basis data ini untuk bermacam-macam aplikasi yang bisa berjalan pada banyak jenis dan merk perangkat keras komputer (platform).

Basis data Oracle ini pertama kali dikembangkan oleh Larry Ellison, Bob Miner dan Ed Oates lewat perusahaan konsultasinya bernama Software Development Laboratories (SDL) pada tahun 1977. Pada tahun 1983, perusahaan ini berubah nama menjadi Oracle Corporation sampai sekarang.

Software yang dipasarkan meliputi application server, server kolaborasi dan pengembangan. Unit bisnis Oracle terbagi atas dua jenis yaitu lisensi dan layanan bisnis. Kelompok lisensi aplikasi software bisnis terdiri dari 2 segmen operasional yaitu:
  • · Lisensi software baru
  • · Lisensi software dan dukungan produk

Layanan bisnis terdiri atas 3 segmen operasional yaitu:
  • · Konsultasi
  • · Pendidikan
  • · Layanan advanced product

Dari situs resmi Oracle, secara umum terdapat beberapa aplikasi, khususnya yang terkait dengan aplikasi pendukung ERP, yaitu:
  • · Oracle E-Business Suite
  • · PeopleSoft Enterprise
  • · Siebel CRM
  • · JD Edwards EnterpriseOne
  • · JD Edwards World

C. Open Source ERP:

Pengertian Opern Source pada software ERP mengacu pada definisi Open Source dari Open Source Initiative (OSI), artinya software – software tersebut harus memenuhi kondisi berikut:

  • Bebas biaya redistribusi, termasuk menjual atau mengunakan beberapa komponennya.
  • Kode program tersedia dalam bentuk dapat dibaca (readable).
  • Pekerjaan lanjutan yang dilakukan pada software tersebut dilaksanakan dengan kondisi yang sama seperti software aslinya.
  • Menjaga integritas penulis program (lisensi untuk modofikasi diberikan dalam bentuk modul tambahan)
  • Tidak ada diskriminasi terhadap orang atau kelompok tertentu.
  • Distribusi lisensi (tidak diperkenankan mengunci software).
  • Lisensi tidak diberikan spesifik pada produk tertentu
  • Lisensi tidak membatasi lisensi lainnya.
  • Lisensi harus bersifat netral terhadap teknologi tertentu

Lisensi aplikasi yang memenuhi kategori tersebut dapat dikelompokan sebagai aplikasi open source yang mendapat sertifikat dari OSI. Aplikasi jenis source seperti ini sebetulnya sangat efektif untuk mengurangi pembelian dan beberapa diantaranya bahkan sudah ada yang dimodifikasi untuk kemudian dijual sebagai aplikasi komersial. Meskipun tidak ada biaya pembelian, tingkat kesulitan serta tahapan implementasi aplikasi ini tetap sama seperti halnya aplikasi komersial. Lebih sulit lagi karena bersifat open source, maka implementasinya menjadi tanggung jawab penuh perusahaan yang ingin menggunakannya. Artinya, ketika kita memutuskan untuk memilih aplikasi open source maka kita akan menerima tanggung jawab penuh atas seluruh proses implementasi mulai dari analisis kebutuhan, pemilihan modul, strategi implementasi, modofikasi, pemeliharaan dan sebagainya. Pengecualian berlaku bagi aplikasi open source yang sudah dimodifikasi dan dijual sebagai aplikasi komersial.